Mengajar sejarah di SMA St. Louis 2 selama enam tahun merupakan perjalanan yang penuh makna dan kebahagiaan. Sejak hari pertama saya berdiri di depan kelas, saya menyadari bahwa sejarah bukan sekadar menghafal peristiwa dan tanggal, tetapi tentang memahami perjalanan manusia, mengambil hikmah dari masa lalu, dan menginspirasi generasi muda untuk berpikir kritis.
Salah satu hal yang paling saya nikmati adalah interaksi dengan para siswa. Mereka bukan hanya murid, tetapi juga rekan belajar yang penuh semangat dan rasa ingin tahu. Diskusi-diskusi di kelas sering kali berkembang menjadi percakapan yang menarik, di mana mereka menghubungkan peristiwa sejarah dengan kondisi dunia saat ini. Melihat mereka tertarik dan mulai memahami relevansi sejarah dalam kehidupan mereka adalah kepuasan tersendiri.
Tantangan tentu ada, terutama dalam membuat sejarah tetap menarik bagi semua siswa. Namun, dengan berbagai metode, seperti permainan peran, studi kasus, dan pemanfaatan teknologi, saya berusaha menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Momen-momen ketika siswa berhasil memahami konsep yang sulit atau menunjukkan antusiasme dalam sebuah proyek selalu menjadi pengingat bahwa mengajar adalah panggilan hati.
Enam tahun ini telah memberikan banyak pelajaran berharga, bukan hanya bagi siswa tetapi juga bagi saya sendiri. Saya belajar bahwa setiap anak memiliki cara belajar yang berbeda dan bahwa tugas seorang guru bukan hanya menyampaikan materi, tetapi juga membimbing mereka menemukan potensi terbaik dalam dirinya.
Terima kasih kepada semua siswa dan rekan guru di SMA St. Louis 2 yang telah menjadi bagian dari perjalanan ini. Saya bersyukur atas setiap tawa, setiap pertanyaan kritis, dan setiap momen kebersamaan yang telah kita bagikan. Semoga ilmu yang telah ditanamkan bisa terus menjadi bekal di masa depan.
Salah satu hal yang paling saya syukuri selama mengajar adalah hubungan saya dengan para siswa. Saya selalu menganggap mereka sebagai individu yang sudah dewasa, yang mampu berpikir kritis dan bertanggung jawab atas diri mereka sendiri. Karena itu, selama lima tahun ini, saya tidak pernah merasa perlu marah atau beremosi kepada mereka. Saya lebih memilih untuk berdiskusi, memahami sudut pandang mereka, dan membimbing mereka dengan pendekatan yang lebih dewasa.
Bagi saya, setiap siswa memiliki caranya sendiri dalam belajar dan memahami sejarah. Beberapa mungkin lebih cepat menangkap materi, sementara yang lain perlu pendekatan berbeda. Tantangan ini justru menjadi hal yang menarik bagi saya sebagai pendidik. Dengan menggunakan metode yang beragam—seperti diskusi interaktif, permainan peran, dan studi kasus—saya berusaha menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan.
Momen-momen terbaik selama mengajar adalah ketika melihat siswa benar-benar memahami sebuah peristiwa sejarah dan mampu mengaitkannya dengan kondisi dunia saat ini. Ketika mereka bertanya, berdiskusi, dan bahkan berdebat dengan argumen yang kuat, saya merasa bahwa peran saya sebagai guru telah memberikan dampak positif.
Enam tahun ini telah menjadi perjalanan yang penuh kenangan. Saya berterima kasih kepada semua siswa dan rekan guru yang telah menjadi bagian dari perjalanan ini. Saya berharap ilmu yang telah dibagikan bisa menjadi bekal bagi mereka di masa depan, dan saya akan selalu mengenang kebersamaan yang telah kita lalui dengan penuh rasa syukur.
Guru Sejarah Indonesia
Ika Kristianingsih, S.Pd