Peran Anak Muda Sebagai Upstanders Dalam Mencegah Kekerasan Pada Perempuan

Berita

Teman Bukan Hanya Sebagai Penonton

Peran Anak Muda Sebagai Upstanders Dalam Mencegah Kekerasan Pada Perempuan

Kekerasan terhadap perempuan masih menjadi salah satu masalah sosial yang paling sering terjadi di berbagai lingkungan, termasuk sekolah, komunitas, dan ruang digital. Sayangnya, banyak kasus yang terjadi di depan mata tidak dihentikan karena orang-orang di sekitar memilih diam atau merasa tidak berhak untuk campur tangan. Di sinilah peran anak muda menjadi sangat penting. Bukan hanya sebagai saksi (bystanders), tetapi sebagai pihak yang berani bertindak sebagai seorang upstander.

Upstander adalah seseorang yang tidak tinggal diam ketika melihat ketidakadilan, pelecehan atau bentuk kekerasan lainnya. Menjadi upstander tidak selalu berarti harus bertindak heroik sebagai seorang pahlawan, harus bisa bela diri dan menggunakan kekuatan fisik kita untuk bisa membantu. Namun, melakukan langkah kecil yang dapat berdampak besar dalam mencegah kekerasan terhadap perempuan.

Mengapa peran anak muda begitu penting dalam mengatasi tindak kekerasan?

            Hal pertama karena anak muda adalah saksi paling dekat. Banyak bentuk kekerasan baik verbal, fisik, maupun seksual terjadi di lingkungan pertemanan, sekolah, atau media sosial. Anak mudalah yang sering berada di tempat kejadian, sehingga mereka memiliki peluang terbesar untuk mencegah tindak kekerasan.

Hal kedua karena tekanan sosial di kalangan anak muda sangat kuat. Norma kelompok sering menentukan apakah perilaku buruk dibiarkan atau ditolak. Ketika seseorang berani bersuara, ia dapat memengaruhi teman-temannya untuk tidak menormalisasi pelecehan atau perundungan.

Hal ketiga adalah digital natives dengan kekuatan media sosial. Anak muda memiliki kemampuan besar untuk menyebarkan edukasi positif, menentang budaya misoginis, dan melawan narasi yang merendahkan perempuan melalui konten digital yang mereka bagikan.

Bentuk kekerasan terhadap perempuan yang sering tidak terlihat, misalnya catcalling dan pelecehan verbal, sering dianggap bercanda, perundungan fisik atau emosional, termasuk body shaming, pemaksaan hubungan, baik secara langsung maupun melalui tekanan psikologis. Kekerasan digital, seperti penyebaran foto tanpa izin, doxing, dan komentar seksis. Gaslighting,yaitu manipulasi agar korban merasa bersalah atau tidak percaya pada dirinya. Banyak anak muda tidak menyadari bahwa semua perilaku di atas adalah bentuk kekerasan yang dapat meninggalkan trauma jangka panjang.

Bagaimana caranya anak muda bisa menjadi Upstander? Hal yang bisa dilakukan misalnya dengan mengintervensi dengan aman, dengan cara mengajukan pertanyaan sederhana kepada korban: “Apakah kamu baik-baik saja?”, cara ini memberi sinyal bahwa korban tidak merasa sendirian dan pelaku sedang diawasi. Cara yang lain adalah  dengan mengalihkan situasi bila ketika intervensi langsung terasa berbahaya, dengan mengajak korban pergi, Mengubah topik untuk menghentikan perilaku pelaku atau menghampiri seolah mengenal korban. Teknik ini sangat efektif namun minim risiko. Bisa juga dilakukan dengan mencatat dan melapor, caranya bisa dengan mendokumentasikan kejadian dengan bijak (tanpa membagikannya ke publik), melapor ke guru BK, orang dewasa yang dipercaya, atau pihak keamanan, jika situasinya tidak memungkinkan untuk intervensi langsung. Memberikan dukungan emosional pada korban karena mereka sering merasa takut, malu, atau ragu untuk bercerita, dukungan sederhana dapat membantu mereka pulih dan berani mencari bantuan profesional.

Untuk pencegahannya , maka anak muda selalu harus membangun budaya kelompok yang sehat, seperti menolak jokes seksis, tidak ikut menyebarkan konten merendahkan, mendorong teman-teman untuk memperlakukan perempuan dengan hormat. Budaya positif di lingkungan kecil bisa memberi dampak besar di masyarakat.

            Bagaimana cara mengatasi ketakutan kalau saya menjadi upstander? Banyak anak muda  khawatir akan dikucilkan atau diejek karena “terlalu peduli”. Namun, penting harus diingat bahwa Keberanian satu orang dapat menyelamatkan satu korban. Diam sama saja akan memberi ruang bagi kekerasan terus terjadi. Tindakan kecil hari ini menjadi contoh bagi banyak orang di sekitar. Keberanian anak muda menjadi fondasi perubahan sosial yang lebih besar.

Marilah kita saling peduli terhadap teman-teman kita terutama kaum perempuan, karena merekalah yang banyak mengalami kekerasan dan perundungan.

Selamat Memperingati Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan.

Guru Biologi SMAK St. Louis 2

C. Noviati Linggasari, M.Si