Mengelola Bantuan Anak Miskin Dan Meningkatkan Prosentasi Penerimaan Uang Sekolah

Berita

Ketika saya diberi pekerjaan ini, awalnya saya kira ya begitu aja. Hanya sekedar mendapatkan nama siswanya,mengadministrasikan, dana disalurkan, dan selesai.

Tapi ternyata tidak, ada yang lebih membuat saya mengerti tentang kerasnya kehidupan diluar sana dan bagaimana Tuhan berproses kepada setiap ciptaanNya.

Kalau ditanya perasaan, jelas campur aduk. Ada bahagianya, ada sedihnya, ada marahnya, ada kecewanya.

Tidak jarang ketika ada orang tua dengan kondisi ekonomi yang sangat memprihatinkan, beliau bercerita latar belakang keluarganya, kondisi pekerjaan yang tidak menentu, dan kehidupan sehari-harinya, tapi ketika kami mencoba membantu, beliau tidak mau. Dalam hati sayapun mengatakan “sombong Amat!, dibantu nggak mau, tapi diminta bayarpun juga mbulet.”

Itu salah satunya, tapi ada juga sih orang tua dengan kondisi kurang mampu, ketika mencoba untuk membantu, ehh malah bercerita lebih menyedihkan, lebih sengasara, pokoknya melebih2kan lha tentang kondisinya dan kondisi keluarga, supaya sekolah mau ikut membantu, tapi dalam kenyataan mereka malah asik jalan2.

Tapi ada juga sih yang memang betul-betul tidak mampu dan bersikap rendah hati sehingga malah membuat saya lebih prihatin kepada beliau.

Selain dalam hal mengelola dan memberikan bantuan kepada siswa yang kurang mampu, saya juga diminta untuk meningkatkan progres pemasukan uang sekolah sebagai penerimaan sekolah.

Nah kan 2 hal ini sangat bertentangan. Disisi lain saya merasa kasihan karena faktor ekonomi yang dialami oleh orang tua tapi disisi lain saya harus menyajikan laporan keuangan dengan meminimalkan tidak ada tunggakan, artinya bagaimana caranya semua siswa tidak punya tunggakan.

Bayangkan saja, setiap kali bapak kepala sekolah masuk ke ruang tata usaha, yang ditanya adalah Gimana SPPnya anak-anak, kok masih ada yang nunggak, niat nyekolahkan apa enggak.

Dibalik ketegasan beliau, saya tahu beliau juga memikirkan caranya untuk mencarikan bantuan sehingga jangan sampai ada siswa yang lulus dari St. louis 2 tanpa membawa Ijazah SMA, karena itu adalah bagian dari masa depan mereka nantinya. Kalau mereka berhasil, St. Louis 2 juga ikut mendapat berkatnya. Dan itu memotivasi saya juga dalam saya melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang sudah dibebankan kepada saya.

Long story short yang artinya singkat cerita, Ada banyak hal yang saya pelajari :

Saya tau ini memang melalahkan, akan tetapi cerita dan kisah mereka ini justru membuat saya lebih banyak bersyukur dan tidak mengeluh bahwa diluar sana banyak yang menginginkan pekerjaan ini. Karena akan lebih lelah lagi jika saya menghabiskan waktu dirumah, tidak mengerjakan apa-apa dan isinya hanya mengeluh. Tapi melalui pekerjaan ini, menjadikan saya lebih bisa merasakan kesedihan orang lain dan akhirnya bisa mengucap syukur atas apapun yang saya alami dan saya percaya ada maksud yang Tuhan ingin sampaikan ketika Tuhan mau meletakkan saya dimanapun itu tempatnya dan apapun pekerjaannya.

Saya bersyukur karena Tuhan memberikan lebih dari apa yang saya bayangkan. Saya memiliki keluarga, sehingga saya tidak berkekurangan kasih sayang, Saya memiliki teman-teman yang selalu mengingatkan saya ketika hampir putus asa, Saya juga bersyukur karena Tuhan memberikan saya pekerjaan yang sangat menurut saya berarti. Karena bisa melihat lebih dalam kondisi nyata yang ada diluar sana. Saya merasakan bahwa Tuhan sudah menyelamatkan saya dan saya patut untuk bersyukur.

Dan dari semua refleksi ini saya menarik kesimpulan bahwa “Bersyukur atas pekerjaan, tidak hanya memberi rezeki dalam bentuk materi, tetapi juga kesempatan untuk bertumbuh dan belajar.”

Terima kasih

Karyawan TU SMAK St. Louis 2

Dwi Marcelina, S.E.