Berawal dari 16 Juni 2025 , saya di chat melalui WA oleh seorang teman MNPK Jakarta untuk membuat resensi sebuah buku yang berjudul FRANCIS: POPE FOR THE PEOPLE, yang isinya tentang sebuah bagian biografi Paus Fransiskus karya Michael Trias Kuncahyono diterbitkan Palmerah Syndicate pada bulan September 2024. Spontan saya menjawab “Oke Pak,” karena saya berpikir sedang masa libur dan bukunya paling tipis saja. Namun, setelah bukunya dikirim dan saya terima ternyata 340 halaman dan hanya diberi waktu sekitar 10 hari untuk mengumpulkan resensinya. Disela ribetnya PPDB sekolah, ketidakpahaman resensi buku itu apa saya mencoba membaca dan menulis yang saya pahami dan saya rasakan. Perasaan jengkel, tidak enak, tetapi sayangnya sudah menyanggupi untuk menyelesaikan dan mengirimkan resensinya. Dalam kesempatan ini saya juga akan membagikan resensinya dan pembelajaran yang saya ambil dari peristiwa kecil ini.
Buku FRANCIS: POPE FOR THE PEOPLE bukan hanya mengupas Paus sebagai pemimpin umat katolik seduania tetapi juga memberikan inside story tentang keberpihakan beliau terhadap rakyat kecil dan kaum papa.
Topik pembuka Entering A New Era, penulis membuka inspirasi dengan menuangkan pengalaman, pemahaman dan perjumpaan penulis dengan Paus Fransiskus, yang senantiasa menyoroti masalah kemiskinan yang menjerat rakyat di negara-negara yang didera konflik.
Tujuh topik yang dikupas sebagai isi buku ini adalah The Smiling Pope, The Mystery of Conclave, Don’t Forget the Poor, La Teologia del Puebo, When a Jesuit Becomes Pope, From the End on the Eart, dan Pope for the People. Ketujuh topik ini menggambarkan pribadi seorang tokoh yang rendah hati, sederhana yang disebut sebagai Pope for the People dengan senyum hangat sebagai ciri khas beliau. Ajakan Paus Fransiskus marilah kita juga tersenyum meskipun itu adalah hari yang sulit, karena kita melihat harapan. “senyuman adalah bunga hati,” begitu kata Paus Fransiskus. Kebersahajaan ini terpilih atas kehendak kuasa roh kudus, pilihan yang “paling menakjubkan” dengan sebuah nama pilihan Pope yaitu Fransiskus. Nama Fransiskus melambangkan “kemiskinan, kerendahan hari, kesederhanaan dan pembangunan kembali Gereja Katolik”. Dengan pilihan nama itu, Paus menekankan bahwa gereja terpanggil untuk mereka yang terpinggirkan dan menderita. Perjuangan Paus Fransiskus membawa gereja keluar dari dirinya dan benar-benar menjadikan Paus untuk seluruh umat. Hal ini seperti diungkapkan oleh Presiden AS Barack Obama, yaitu terpilihnya Kardinal Bergoglio sebagai paus merupakan kemenangan kaum miskin dan rentan di antara kita. Paus Fransiskus membawa pesan cinta dan kasih sayang yang telah mengilhami dunia selama lebih dari 2000 tahun bahwa dalam diri orang lain kita melihat wajah Tuhan.
Paus Fransiskus, benar-benar memberikan gambaran gembala yang berbau domba, empatinya melalui belas kasih, begitu dekat, berseri-seri dengan roh Kudus, sehingga kehadirannnya sendiri membawa suka cita yang menular pada orang-orang yang dikunjunginya. Perjuangannya bukan perubahan dalam ajaran gereja, tetapi fokus pada perhatian aktif untuk mereka yang terpinggirkan.
Saya merasa bersyukur telah dipaksa membaca buku Francis Pope For The People karena memberikan inspirasi humanistis bagaimana membuka hati dan berpasrah terhadap kehendak Sang Pencipta sekalipun menentang keinginan diri akan memberi jalan menuju pencapaian hidup.
Disampaikan Paus Fransiskus pada hari Orang Miskin Sedunia Kedua (2018), Kitab Mazmur 34 menggunakan tiga kata kerja untuk menggambarkan orang miskin dalam hubungannya dengan Tuhan yakni “menangis”, “menjawab“ , dan “membebaskan”. Membaca buku ini ternyata memberikan penguatan pada saya untuk terus terlibat, berperan aktif membebaskan orang-orang yang tidak mampu yang ada di sekitar saya dengan tindakan-tindakan sederhana namun kongkrit. Misalnya berbagi (berbagi berkat sembako pada tukang sapu jalan) dan bagaimana kebijakan yang senantiasa berpijak pada orang miskin dan terpinggirkan, serta tetap memberikan kesempatan untuk siswa-siwa kurang mampu dapat memperoleh pendidikan di SMAK St. Louis 2.
Bernadus Widodo