DISIPLIN YANG MENYENTUH HATI, ATURAN YANG MEMPERTOBATKAN BUKAN HUKUMAN

Berita

“Diumumkan untuk kesekian kalinya, tentang kedisiplinan, bla…bla…bla…”kata-kata ini slah satu yang pernah muncul dalam sound sentral. Pengumuman di pagi hari ini muncul beberapa kali dalam seminggu untuk mengingatkan kembali kepada para siswa tentang mengatur diri supaya tidak terlambat, menyiapkan semua sebelum berangkat dan datang tidak ngepres atau bahkan terlambat. Kenyataan yang terjadi, kalau sampai 0 (nol) keterlambatan belum pernah saya menjumpai. Selalu ada yang terlambat, baik izin ataupun tidak, baik karena alasan mengatur diri, kelemahan diri atau karena sakit (perut) yang membuat mereka datang tidak bisa lebih awal.

Dalam hati saya mendengar masalah seperti ini merasa sedih, beberapa siswa yang dengan alasannya sendiri-sendiri membuat saya prihatin. Terutama untuk mengatasi permasalahan yang muncul di dalam dirinya, tidak selalu mencapai jalan keluar. Mengingatkan tentang kedisiplinan bagi saya, bisa melalui teguran. Itu yang paling konkrit, dengan harapan yang menerima teguran mau mendengar, introspeksi dan memperbaiki diri. Pertobatan merupakan jalan menuju pemecahan masalah mengatasi permasalahan kedisiplinan. Ciri khas pertobatan, pertama-tama harus terbuka atas masukan, dan terbuka akan peluang perbaikan diri. Kalau ciri ini meresap dalam diri maka tidak menutup kemungkinan menuju jalan pertobatan dan bisa memperbaiki diri.

Jelas bahwa pembinaan tidak lepas dari sanksi, dan sanksi sebenarnya bukan hukuman. Sanksi merupakan suatu yang harus ditanggung saat tidak menaati aturan, sedangkan hukuman lebih kepada memberikan“judge”kepada orang yang melanggar hukum. Tidak hanya menerima konsekuensi, tetapi secara moral ia menerima dampak. Secara gampang, bisa dikatakan kata memberikan sanksi lebih halus dibandingkan dengan memberikan hukuman. Kepada para siswa tindakan yang saya lakukan sedapat mungkin mambantu menyadarkan mereka untuk terus memperbaiki diri dari kelemahan-kelemahan manusiawi. Semoga bantuan-bantuan yang dilakukan Bapak Ibu guru sekalian, terutama juga tim ketertiban dan yang lainnya bisa membantu siswa memperbaiki diri. 

Ada pepatah bahasa latin tentang hukum:“Errare humanum est turpe in errore perseverare” = membuat kekeliruan itu manusiawi, namun tidaklah baik mempertahankan terus kekeliruan

Guru Agama Katolik SMAK St. Louis 2

Cahya Sasangka, S.S